Jumat, 05 September 2014

Penyebab Kecelakaan Pelaksanaan Kerja



Penyebab kecelakaan kerja dari faktor manusia (human error) sering terjadi pada mereka tidak cakap, perilaku ceroboh, spirit kerja yang tidak terkontrol, oleh sebab itu peranan pendidikan menjadi penting terutama terkait dengan pekerjaannya.

Beberapa hal yang disebutkan diatas bisa menyebabkan kurang menguntungkan dilihat dari produktivitas kerja, perbuatan yang salah terutama ketidaktahuan prinsip operasional serta faktor kecerobohan (perilaku kasar, suka bergurau dalam bekerja) akan berakibat pada kecelakaan dan berakibat pula kerugian perusahaan. Untuk menghindari segala kemungkinan terjadinya kerugian maka saat rekruitmen diperlukan tes kemampuan, psikoteknik, tes kesehatan.

Apabila sudah diterima sebagai tenaga kerja masih diperlukan masa pelatihan dan bimbingan kerja masa pelatihan diperlukan untuk memenuhi tiga aspek, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan dan aspek dedikatif.

Analisis Dampak Lingkungan



Pencemaran lingkungan adalah masuknya zat, energi kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga tingkat tertentu menyebabkan kondisi lingkungan hidup tidak dapat berfungsi baik sebagaimana layaknya.

Zat dan energi yang masuk harus diukur batas kadarnya yang sering disebut baku mutu lingkungan, karena itu setiap penyelenggara kegiatan di industri sangat dipengaruhi sangat diharapkan terdapat badan uji karakter material, dan aneka limbah di dalam industri kaitannya dengan dampak terhadap kesehatan lingkungan  kerja.

Dampak lingkungan berdimensi komplek bersifat lintas sektoral dan kadang-kadang berdimensi waktu panjang, siklus perubahan lingkungan diawali oleh aktifitas proses produksi atau aktivitas manusia, dengan berbagai dampak pengembangan teknologi melahirkan akumulasi bahan pencemar dan mempengaruhi kualitas lingkungan kerja, berikutnya dan mengganggu kualitas kesehatan manusia.

Membangun industri adalah membangun kawasan lingkungan usaha terutama di sektor produk setengah jadi atau barang siap pakai, kegiatan industri yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dan teknologi dengan melibatkan komunitas manusia sebagai pelaku didalamnya. Pencemaran lingkungan seharusnya diukur setiap perubahan yang dianggap peka seperti komunitas gangguan kesehatan kronis seperti merosotnya kekebalan tubuh. Fenomena diatas harus ditandai melalui pengendalian pencemaran melalui berbagai strategi pencegahan lingkungan sehat dibedakan antara lingkungan dampak tinggal keluarga (space for general line) dan lingkungan tempat mencari nafkah (resources for live), keduanya harus memiliki ruang kesehatan. Menurut definisi kesehatan dunia (WHO) kesehatan dialihkan sehat fisik, sehat mental, sehat sosial dan sehat spiritual.

Pencemaran Lingkungan Kerja Dan Penerangan

Lebih spesifikasi pencemaran lingkungan untuk mengantisipasi adanya pencemaran di tempat lingkungan kerja. Bentuk pencemaran tersebut bisa mengganggu pola komunitas tenaga kerja sehingga bila pencemaran tidak dikendalikan akan mengakibatkan gangguan kesehatan dan berakhir dengan daya kerja tidak optimal.

Dalam industri pencemaran lebih banyak diakibatkan pemakaian bahan-bahan kimia, dan limbah yang diakibatkan atau proses produksi sehingga penanganan ditempuh melalui tiga langkah utama yaitu pengenalan bahan pencemar, evaluasi tentang dampak yang ditimbulkannya dan pengendalian lingkungan kerja dari berbagai resiko kerja, pengenalan bahan-bahan pencemar meliputi karakter bahan yang dikemas dalam MSDS, evaluasi dikembangkan pola analisis seberapa besar pengaruh terhadap kesehatan, peranan nilai ambang batas menjadi kriteria penting dan diperhitungkan, sehingga pemantauan biologic menjadi dasar evaluasi.

Pengendalian lingkungan  kerja dimaksudkan untuk mengurangi pencemaran bahan-bahan yang digunakan, mengurangi pemaparan bahan-bahan yang digunakan, mengurangi pemaparan besar ditempuh beberapa udara segar dalam ruang kerja.

Pencemaran lingkungan kerja terutama melalui media udara diduga dominan menggunakan kesehatan, terdapat beberapa kelompok polutan udara antara lain karbon oksida (CO, CO2); Sulfur oksida (SO2, SO3) Nitrogen oksida (No, NO2); Hidro karbon (CH4, C6H6), Pertikulat (Asap, debu, partikel logam, minyak), senyawa organik (H2, SO4, NH3, H2S), substansi radio aktif dan kebisingan).

Kamis, 04 September 2014

Sinkronisasi Tekno Struktural dan Sosio Prosesual



Kedua sub sistem tekno struktural dan sosio prosesual bisa dipadukan secara ergonomik guna meningkatkan produktivitas, mesin dan perlengkapan kerja harus disesuaikan dengan keadaan komunitas kerja. Perangkat kerja dalam hal ini tekno struktural dan tata ruang kerja harus disesuaikan dengan rata-rata ukuran antropometri tenaga kerja. Perangkat kerja dalam hal ini tekno struktural dan tata ruang kerja harus disesuaikan dengan rata-rata ukuran antropometri tenaga kerja.

Tujuan utama sinkronisasi adalah meminimalkan faktor kelelahan dan ketidak efisiensian gerak tubuh, tidak terbuang waktu dan energi serta meletakkan dasar  bekerja selamat dan sehat.

Sistem kerja di industri hendaknya mengikuti prosedur yang ditetapkan, dengan kerja yang efektif harus dapat menjelaskan tuntutan pekerjaan terjawab oleh komunitas tenaga kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) memberi perhatian penuh kepada komunitas tenaga kerja agar dalam berkarya dalam kondisi selamat dan sehat, khususnya dalam era industrialisasi menghendaki cara berfikir dan kebiasaan perilaku mengikuti perkembangan kemajuan teknologi.

Koordinat menggambarkan dimana keserasian dan sinkronisasi perkembangan teknologi (tekno struktural) dan aktifitas tenaga kerja (sosio prosesual), dengan ke depan bekerja lebih produktif.

Aspek komunitas tenaga kerja (sosio prosesual) disesuaikan dengan pendidikan dan pengalaman terhadap tuntutan spesifikasi pekerjaan, memiliki rasa tanggung jawab, memiliki motivasi tinggi, mampu menyesuaikan dengan peralatan kerja, dan mampu mencerna norma-norma K3 secara sadar.

Peran Ergonomi dalam Aktivitas Kerja



Difokuskan pada output kapasitas kerja seberapa jauh kegiatan fisik dapat memenuhi tuntutan pekerjaan sehingga produktivitas perusahaan terus meningkat. Beberapa pertimbangan prinsip ergonomis adalah pertama faktor fisiologis yaitu sikap tubuh dalam menyelesaikan pekerjaan, setting mesin, penempatan peralatan kerja. Kedua, memperhatikan ukuran tubuh (antropometri) yaitu ukuran tubuh saat berdiri, duduk terhadap kecekatan kerja. Ketiga, arah pandang, arah pandang disesuaikan dengan kuat cahaya terhadap obyek pekerjaan, disamping iklim suhu ruang. Keempat, waktu efektif dalam bertugas. Kelima, terdapatnya beban tambahan.

Menjaga suhu ruang kerja perlu diperhatikan mengingat perbedaan suhu tubuh normal terhadap suhu ruang sekitarnya. Dalam industri sering disebut seberapa jauh beda suhu tubuh terhadap lingkungan kerja, panas misalnya terdapat proses produksi, konveksi, radiasi dan evaporasi. Keempat pertukaran panas tersebut erat hubungannya dengan jumlah keringat tubuh yang sedang beraktivitas.

Di sini pentingnya perlengkapan kerja yang sudah diuji dan didesain secara ergonomis, disamping memperhatikan dampak toksik karena pengaruh proses produksi. Debu, gas, asap dan bau adalah produk sampingan, namun harus diproteksi secara benar dan aman agar supaya kesehatan kerja tidak terganggu. Program ergonomi meliputi penemuan problematik, pembuktian hasil observasi (trial and errors), gerakan fisik dan sikap badan yang berpengaruh secara sensomotoris.

Gerakan dan aktivitas kerja diperhitungkan : denyut jantung, tekanan darah, suhu tubuh konsumsi oksigen dan produk berkeringat. Dalam beraktivitas kerja tentu ada yang sangat dominan. Desain ergonomis, menggambarkan fungsi yang harus dilaksanakan terhadap syarat kerja manusia, apakah kelak menjadi ruang lingkup kerja manusia. Apabila desain ergonomic teruji efektivitasnya maka dipastikan tuntutan jabatan dapat dipenuhi.

Konsumsi oksigen menjadi prioritas utama, begitu besar pengaruh efek fisiologis membutuhkan oksigen relatif banyak. Referensi Stevenson 1987, menyebutkan kebutuhan satu liter oksigen menghasilkan 4,8 kilo kalori energi.